Desa
Bojong merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa
Tengah. Berdasarkan sensus kependudukan Desa Bojong tahun 2009 Luas wilayah
Desa Bojong 258.063 Ha, dengan jumlah penduduknya 8.089 jiwa terdiri dari 3.918
penduduk laki-laki dan 4.171 penduduk perempuan. Desa Bojong terdiri dari 3 RW,
dan 25 RT. Di RW 1 terdiri dari 7 RT, RW 2 terdiri dari 10 RT, dan RW 3 ada 8
RT. Mata pencaharian masyarakat Desa Bojong beragam, diantaranya sebagai buruh
tani sebanyak 337 orang, petani pemilik
lahan 520 orang, petani penggarap 458 orang, peternak 5 orang, pedagang 230
orang, PNS/TNI/Polri 54 orang. Tukang 20 orang, bekerja di sektor jasa 20
orang, pensiun 25 orang, veteran 25 orang, dan purnawirawan 20 orang. Fasilitas
umum yang dimiliki Desa Bojong diantaranya adalah adanya 1 kantor Desa, sarana
pendidikan terdapat 2 Taman kanak-kanak, 1 Pendidikan Anak Usia Dini, 4 Sekolah
Dasar, 1 Madrasah Ibtidaiyah, 1 Sekolah Menengah Pertama, 1 Madrasah
Tsanawiyah, 1 Sekolah Menengah Kejuruan. Sarana olah raga yang ada hanya
terdapat 2 lapangan badminton. Ada 4 masjid
di Desa Bojong diantarnya yaitu Masjid
An-Nur dan Masjid As-Syifa yang terletak di RW 1, di RW 2 ada 1 masjid dan RW 3
ada 1. Terdapat 1 Poskesdes, 4 Posyandu, 1 pasar tradisional dan ada 4 Waserda
yaitu Alfamart, Indomart, Handoyo Swalayan, dan Nadia Swalayan.
Desa
Bojong berasal dari kata “Kemrojongan” yang artinya persatuan. Persatuan yang
erat dalam masyarakat sudah terlihat sejak dahulu dengan Adanya semangat gotong
royong dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Desa Bojong hingga sekarang
masih memiliki solidaritas sosial yang kuat. Dahulu, masyarakat Desa Bojong,
terdiri dari 60 kepala keluarga. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat
Desa Bojong dari dulu adalah petani padi dan jagung. Desa Bojong sekarang
semakin berkembang maju, terlihat dari banyaknya pembangunan yang ada hingga
sekarang yaitu adanya pembangunan sekolah, dan sarana umum lain untuk
kepentingan masyarakat.
Kelembagaan yang ada di desa Bojong
jumlahnya sekitar 16, yaitu pemerintahan desa, BPD, LKMD, 3 Pemerintah dusun ,
25 Pemerintahan RT, PKK, 10 Kelompok Tani, Kelompok Kesenian, Kelompok Pengajiam, Kelompok Arisan, PKH,
Bank, Bidan desa, dan Dokter desa.
Keadaan infrastruktur di desa Bojong
saat ini mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, kondisi jalan raya di RW 1
memadai, namun di beberapa jalan gang
willayah RW 1 sudah banyak yang rusak dan belum di perbaiki sekarang. Kondisi
jalan RW 2 cukup memadai, sedangkan di RW 3 sekarang masih banyak jalan yang rusak dan belum diperbaiki.
Listrik/penerangan jalan memadai, keamanan RW memadai, walaupun tidak ada
kegiatan pos kamling tetapi warga desa masih berkumpul pada malam hari,
fasilitas kesehatannya tersedia puskesmas dan posyandu, fasilitas pendidikan
baik seperti ruang kelas yang memadai, terdapat PAUD, SD, MI, MTS, SMP, SMK,
dan Madrasah, namun SMA belum ada. Fasilitas keagamaan memadai, Desa Bojong
memiliki 4 Masjid, 2 Masjid di RW 1, 1
Masjid di RW 2, dan 1 Masjid di RW 3, dan terdapat 29 Musholah yang tersebar
merata di setiap RT. Sarana olah raga dan rekreasi belum cukup memadai karena
hanya ada 2 lapangan Badminton yang terletak RW 1 dan RW 3. Fasilitas umum
memadai dengan adanya 1 pasar tradisioanal yang menyediakan berbagai kebutuhan
sehari-hari masyarakat desa Bojong dan sekitarnya, seperti bahan sembako,
sayuran, pakaian dan sebagainya. Pasar ramai setiap hari dari pagi hingga
siang. Sarana transportasi memadai dengan adanya angkot, yang khas di kecamatan
Bojong adalah mobil pick up yang dijadikan angkutan umum warga, namun tersedia
hanya dari jam 5 pagi hingga jam 5 sore. Kerukunan diantara warganya baik.
Komoditas-komoditas penting yang
diusahakan oleh masyarakat di desa Bojong yang pertama adalah Padi, kedua
jagung, dan ketiga cengkeh. Terdapat usaha ternak warga yaitu ternak kambing,
ayam petelur dan sapi.
Komoditas
utama di desa Bojong, misalnya beras memilkiki harga yang berbeda-beda di
tingkat petani, tengkulak, pedagang dan konsumen. Rata-rata petani mendapatkan
harga Rp. 6.500,-/kg beras, Tengkulak mendapat harga Rp. 7.500,- /kg beras, dan
ditingkat konsumen mendapat harga Rp.
8.000,-/kg beras. Pelaku pasar ada petani, tengkulak, pedagang kecil atau
pedagang besar , dan konsumen. Posisi tawar petani desa Bojong masih rendah,
yang menentukan harga adalah tengkulak. Hal ini karena petani belum mengetahui harga
pasar pada umumnya.
Masalah
pertanian yang dihadapi oleh petani desa Bojong yaitu bahan baku/input seperti
benih unggul belum memadai, petani masih belum mengetahui bagaimana benih yang
unggul untuk ditanam, persediaan pupuk, alat-alat pertanian di desa Bojong
masih sedikit. Alat pertanian seperti traktor yang hanya dimiliki oleh
petani-petani kaya, sedangkan petani penggarap dan buruh tani tidak
memilikinya, permasalahan lain yang dihadapi adalah manajemen usaha, walaupun
sudah pernah ada penyuluhan pertanian mengenai manajemen usaha, namun petani
belum dapat menerapkan teori yang di berikan, mungkin karena kurangnya
pendampingan. Petani belum mampu mengorganisir hasil panen sehingga
ketergantungan terhadap tengkulak masih tinggi dan petani belum bisa
memanfaatkan secara maksimal terhadap fasilitas dan sarana yang telah di
sediakan oleh Pemerintah. Petani desa Bojong sebagian besar belum mengetahui
teknologi pertanian, seperti komputer dan internet untuk akses informasi
pertanian yang lebih luas, petani desa Bojong juga belum memiliki teknologi
terbaru dalam alat-alat pertaniannya. Pengolahan hasil pertanian desa Bojong
rata-rata tidak dimaksimalkan, para petani langsung menjual padinya ke
tengkulak. Pemasaran petani desa Bojong tidak cukup luas, hanya sekitar
kecamatan Bojong saja, pemasarannya bergantung terhadap tengkulak.
Masalah
masyarakat yang pernah terjadi di desa Bojong diantaranya masalah limbah tahu yang menyebabkan
pencemaran air warga dan menimbulkan bau di sekitar lingkungan pembuangan limbah
tahu tersebut mengganggu aktivitas warga. Lokasi di RT 7 RW 1, waktu terjadinya
bulan Mei, potensi yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah yaitu menegur dan
mencegah, kebutuhan masyarakat agar pihak yang mempunyai usaha tahu tersebut
mengelolah limbahnya dengan lebih bijak, agar tidak lagi mencemari air dan
udara.
Program
pembangunan infrastruktur selama 5 tahun terakhir di desa Bojong diantaranya
program pembangunan jalan dari PNPM pada tahun 2009 berlokasi di RT 3 RW 2
Manfaatnya infrastruktur jalan menjadi lebih baik. Program pembangunan jembatan
dari PNPM lokasinya di RT 3 RW 3 pada tahun 2011, manfaatnya sebagai penghubung
desa Buniwah dan desa Bojong. Program MDA Bojong dari PNPM di RT 1 RW 2 tahun
2011, manfaatnya untuk meningkatkan sarana-prasarana Pendidikan di desa Bojong,
Pembangunan ruang pertemuan di Balai Desa dari Pemerintah Daerah Kabupaten
Tegal berlokasi di RT 4 RW 1 pada tahun 2012, pembangunan ini bermanfaat untuk
mengadakan pertemuan di Balai Desa. Program pengaspalan dari Aspirasi
Pemerintah Daerah di RT 2 RW 1 pada tahun 2013 manfaatnya sebagai perbaikan
jalan.
Program
pengembangan ekonomi produktif 5 tahun terakhir di desa Bojong antara lain
Program Pelatihan Tata boga dari Dinas
Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Tegal, lokasinya di RT 4 RW 1
pada tahun 2013, manfaatnya melatih warga untuk tambahan penghasilan. Pelatihan
Komputer untuk Aparat desa dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
Kabupaten Tegal di RT 4 RW 1 pada tahun 2013, manfaatnya untuk melatih aparat
desa agar terampil dan dapat menggunakan komputer untuk kepentingan desa.
Program pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT) dari Dinas Pertanian, dimana
dari komunitas KWT tersebut banyak melakukan kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan keterampilan wanita desa
Bojong, antara lain programnya yang sudah berjalan hingga sekarang adalah
Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) lokasinya di setiap RT dan RW desa
Bojong. Program Simpan Pinjam dari PNPM lokasinya di RT 5 RW 3 manfaatnya untuk
memberikan modal kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya.
Kondisi
kehidupan masyarakat desa Bojong apabila di ilustrasikan dengan tangga, maka 10
tahun yang lalu dan keadaan saat ini semakin meningkat dan di prediksi untuk 5
tahun kedepan semakin meningkat, alasannya karena dahulu fasilitas umum desa
belum memadai, namun saat ini cukup memadai dengan adanya pembangunan untuk
perbaikan fasilitas umum yang dibutuhkan warga seperti jalan, sekolah, dan
tempat ibadah. Bertambahnya mata pencaharian baru sebagai petani cengkeh serta
menjadi pedagang.
Tokoh-tokoh
yang berpengaruh yang ada di desa Bojong diantaranya yaitu Bapak Agus Fatkuloh,
SH selaku Kepala Desa Bojong kekuatan pengaruhnya karena memiliki kekuasaan dan
wewenang sebagai kepala desa, pengaruhnya mencakup satu desa. Bapak H. Muaris yang merupakan anggota DPRD
Kabupaten Tegal, kekuatan pengaruhnya karena memiliki lahan banyak dan massa
yang banyak, cakupan pengaruhnya lebih dari satu desa. Bapak KH. Mukhsinin,
Bapak KH. Abdul K, dan KH. Abdul M sebagai Ulama yang di segani warga, kekuatan
pengaruhnya karena ilmu dan wawasannya tentang agama dan bermasyarakat, cakupan
pengaruhnya satu desa. Bapak Ali Budiharjo selaku sesepuh di desa Bojong.
Kekuatannya sebagai pemangku adat yang memiliki wawasan luas dan mengetahui
sejarah desa, cakupan pengaruhnya satu desa.
Nilai-nilai
dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat desa Bojong adalah goyong royong
dan taat kepada ajaran islam, hampir semua warga Bojong beragama islam. Tidak
ada gereja, wihara, dan klenteng.
Kebiasaan-kebiasaan
masyarakat desa Bojong antara lain adanya pengajian intensif hampir setiap hari baik untuk Bapak-bapk
maupun Ibu-ibu. Sedangkan remajanya terutama pemuda hanya sedikit yang ada di
desa. Sebagian besar merantau ke kota besar seperti Jakarta, Bandung dan
Bekasi.
Karakteristik
masyarakat desa Bojong adalah religius dan semangat gotong royong. Pola
hubungan dan jaringan sosial masyarakat jika ada permasalahan biasanya dari
warga ke ketua RT lalu ke pihak Aparat desa. Ketua RW hanya mengurusi jika ada
konflik antar RW. Jika ada informasi atau pengumuman kepada warga, biasanya
dari Aparat desa mengumpulkan ketua RW atau RT, kemudian Ketua RW atau RT
menyampaikan informasinya kepada warga. Motif yang menggerakkan tindakan
masyarakat adalah ibadah dan dan kesejahteraan masyarakat. Pandangan dan sikap
perilaku warga Bojong sebagian besar terbuka dan menerima terhadap intervensi dari luar . Kekuatan sosial yang
paling berpengaruh adalah kelompok formal dan informal desa, kelompok informal
desa yaitu aparatur desa Desa (Kepala
Desa, Sekdes, Ketua BPMD, Ketua PMD, dll), PKK, LSM, Karang Taruna, Kel. Tani, Kel. Olah raga,
Lembaga pendidikan (pesanteren, pendidikan formal,
dll), dan Kelompok
Guru. Kelompok informal desa terdiri dari Ulama-ulama
desa, Majelis Ta’lim, dan Arisan Ibu-ibu, dll.
Media komunikasi/interaksi sosial
yang dikenal dan di gunakan masyarakat desa Bojong adalah komunikasi primer
dengan interaksi langsung antara orang yang terlibat komunikasi, adapula
komunikasi sekunder melalui media komunikasi telefon, Hp dll. Komunikasi massa
melalui media televisi, radio, dll. Komunikasi kelompok melalui diskusi, rapat,
dan perkumpulan lainnya. Bahasa yang digunakan masyarakat desa Bojong adalah
Bahasa Tegal, krama alus, dan Bahasa Indonesia.
Kemampuan baca tulis masyarakat desa Bojong sebagian besar sudah bisa
baca tulis, hanya sebagian kalangan manula yang tidak mampu baca tulis.
Figur orang yang di percaya adalah
orang yang jujur dan amanah, informasi yang biasa dicari atau dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat yaitu mengenai
penanggulangan bencana pertanian, bantuan-bantuan dari pemerintah, dll. Pola
keseharian masyarakat desa Bojong adalah bertani, berdagang, dan mengikuti
kegiatan pengajian.
Pemetaan konflik sosial di
masyarakat di desa Bojong : Gejala yang pernah terjadi seperti masalah
jual-beli, pihak yang terlibatnya antara penjual dan pembeli, penyebabnya
karena perebutan tempat dan perbedaan harga, upaya penyelesaian yang pernah di
tempuh yaitu kepala desa dan tokoh setempat mengukur lahan jualan dan
perbandingan harga. Di desa Bojong tidak ada perusahaan.