Desa Suniarsih merupakan desa yang
terletak di kaki Gunung Slamet, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Kata Suniarsih berasal dari nama seorang wanita. Menurut penduduk sekitar, saat
jaman kerajaan dahulu, ada seorang wanita yang melarikan diri dari keraton
karena tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki pilihan ayahnya. Wanita itu
bernama Suniarsih yang sampai akhir hidupnya tinggal di desa ini, sehingga desa
ini diberi nama Desa Suniarsih. Namun, penduduk sekitar lebih akrab memanggil
desa ini dengan sebutan Desa Simpar. Asal-usul nama Simpar kurang jelas
diketahui, tetapi menurut penduduk sekitar nama Simpar juga berasal dari
seorang nama tokoh laki-laki yang lama tinggal di desa ini.
Luas
wilayah Desa Suniarsih adalah 344.725 ha
dengan luas pemukiman penduduk 22.115 ha
dan sisanya adalah lahan/kebun pertanian, baik milik pribadi maupun milik
negara. Hasil pertanian di desa ini mencakup hasil berkebun dan beternak. Jenis tanaman perkebunan berupa salak,
jagung, singkong, pinus, teh, labu, dan pisang. Sedangkan jenis ternak yang ada
berupa kambing, ayam, kelinci, dan burung. Semua hasil komoditas pertanian
tersebut ada yang di jual di pasar desa Suniarsih serta ada juga untuk konsumsi
pribadi.
Sembilan puluh persen
masyarakat disini bekerja sebagai petani, baik sebagai buruh tani, pemilik
tanah, maupun peternak. Alat pertanian yang biasa digunakan berupa cengkrong,
arit, gergaji, cangkul, dan kampak. Cangkul digunakan sebagai alat pembajak
sawah dan penggembur tanah. Di desa ini belum pernah menggunakan traktor
sebagai alat pembajak sawah dikarenakan lahan di desa ini tidak rata dan
mahalnya harga alat tersebut. Kerbau jarang digunakan sebagai alat pembajak
sawah dikarenakan petani desa ini belum memiliki kerbau, sehingga jika ingin
menggunakannya harus menyewa kerbau milik petani desa lain. Cengkrong digunakan
sebagai alat pemotong tanaman liar dengan bentuk agak melengkung seperti bulan
sabit. Arit juga digunakan sebagai pemotong rumput liar, namun bentuknya lurus
memanjang tidak seperti cengkrong. Kampak digunakan sebagai pemotong batang
tanaman yang keras dengan bentuk menajam di sisi sampingnya. Gergaji digunakan
sebagai pemotong kayu untuk dijadikan pagar pemisah pertanian dengan bentuk
tajam dan bergerigi pada sisi-sisinya.
Satu minggu pertama di Desa Suniarsih,
kegiatan yang kami lakukan adalah melakukan observasi. Observasi kami lakukan
dengan mewawancarai warga yang berprofesi sebagai petani yang kemudian hasilnya
kami masukan ke kuisioner Social Mapping yang
diberikan oleh IPB. Petani yang kami wawancarai berjumlah sepuluh orang yang
mencakup buruh tani dan petani pemilik lahan sendiri. Kondisi umum para petani
di desa ini antara lain sudah berusia lanjut ( rata-rata ≥ 50 tahun),
pendidikan yang kurang memadai, dan karakter petani yang hanya cenderung
mengikuti bukan memulai. Ada beberapa permasalahan terkait pertanian di desa
ini, yaitu kondisi tanah yang tidak rata sehingga kesulitan untuk menanam
tanaman buah dan sayuran, hama tikus yang merajalela dan belum teratasi
sehingga selama 3 tahun petani tidak memanen padi, kurangnya modal yang besar
untuk memulai kegiatan pertanian, dan fasilitas atau alat pertanian yang
terlalu tradisional.
Selain melakukan social mapping, kami juga melakukan
perjalanan untuk melihat-lihat ladang milik semua warga desa. Ladang warga desa
ini rata-rata ditanami tanaman cengkeh, jagung, dan salak, namun ada juga
tanaman pinus di sekitar ladang tersebut. Selain ladang, ada juga sawah yang
terletak cukup jauh dari desa ini. Sawah di desa ini rata-rata bukan milik
pribadi warga, namun hanya merupakan garapan buruh tani yang ada di desa ini.
Kami juga diajak melihat sumber mata air yang terdapat di desa ini. Sumber mata
air ini merupakan sumber mata air satu-satunya dan juga merupakan tempat
perbatasan antara kabupaten Tegal dengan kabupaten Pemalang. Selain itu, kami juga diajak pergi ke pasar
Desa Suniarsih yang terletak di depan desa ini. Pasar ini ternyata hanya
beroperasi setiap hari Rabu dan Sabtu. Kami juga berkunjung ke balai desa untuk
berkenalan dan berbincang-bincang dengan perangkat desa, namun ternyata
kebanyakan perangkat desa pergi mengikuti suatu acara sehingga kami hanya dapat
bertemu dengan dua orang perangkat desa. Kami berbincang-bincang dengan kedua
perangkat desa ini terkait dengan Desa Suniarsih.
Minggu
kedua di desa ini, kegiatan yang kami lakukan adalah mengadakan pelatihan
internet kepada pemuda dan petani desa ini. Pelatihan ini kami adakan pada
tanggal 2 Juli 2013 pukul 19.00 WIB, dengan topik pelatihan pengenalan search engine dan cara menggunakannya.
Kami mengenalkan mesin pencari “Google” dan beberapa website pertanian seperti epetani.deptan.go.id
dan cybex.deptan.go.id. Kami mengajarkan cara menggunakan kedua website
tersebut seperti melihat harga komoditas pertanian, mencari cara budidaya bahan
pertanian, dan lain-lain. Pelatihan pertama dihadiri oleh tiga warga desa yang
kebetulan semuanya berprofesi sebagai petani. Selanjutnya, pada tanggal 4 Juli
2013 pukul 19.30 WIB, kami mengadakan pelatihan kedua untuk program ini.
Pelatihan kedua dihadiri oleh delapan orang warga, yang terdiri atas banyak
pemuda dan sedikit petani. Pelatihan kedua ini topiknya adalah pelatihan
pembuatan jejaring sosial seperti e-mail
dan facebook serta cara penggunaannya
baik di komputer maupun di handphone.
Kendala yang kami hadapi saat pelatihan kedua ini adalah banyak warga yang
belum mengerti e-mail dan fungsinya,
selain itu ada beberapa warga yang tidak dapat mengetik dengan komputer.
Pelatihan
ketiga kami lakukan di pertengahan minggu ketiga di desa ini yaitu pada tanggal
9 Juli 2013 pukul 20.30 WIB. Pelatihan ketiga ini topiknya masih sama dengan
pelatihan kedua yaitu pembuatan e-mail dan
facebook. Hal ini dikarenakan warga
desa yang datang merupakan warga desa yang belum pernah mengikuti
pelatihan-pelatihan sebelumnya sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan
topik dari pelatihan sebelumnya. Warga desa yang hadir di pelatihan ketiga ini
berjumlah delapan orang. Kami mengajarkan mereka cara membuka e-mail, lalu cara membuat akun baru di e-mail, cara menulis pesan di e-mail dan mengirimkannya, cara membuka
kotak masuk, dan cara bergabung di mailing
list. Selain itu, kami juga mengajarkan langkah-langkah yang sama untuk
pembuatan facebook, ditambah dengan
kami menunjukan cara untuk bergabung pada sebuah grup di facebook, dalam hal ini terkait bergabung dengan grup cybex kecamatan Bojong. Sembari belajar
dua hal di atas, kami juga mengajak para warga untuk membuat grup khusus di
facebook khusus para petani di Desa Suniarsih dan memberikan nama grupnya.
Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya kami dan para warga sepakat untuk
memberi nama grupnya adalah “Kompas”,yaitu Komunitas Petani Simpar dan memilih
dua orang warga sebagai admin dari
grup tersebut.
Dua
hari berikutnya tanggal 11 Juli 2013 pukul 21.00 WIB, kami mengadakan pelatihan
yang keempat. Pelatihan yang keempat ini dihadiri oleh enam orang warga. Hal
yang kami latih di dalam pelatihan keempat ini adalah melanjutkan kembali
pembuatan akun facebook yang belum
selesai, cara bergabung grup dengan “Kompas” di facebook, cara memosting tulisan di facebook, cara mengupload foto di grup facebook maupun di akun sendiri dan cara memostingnya, cara chatting di facebook, dan cara memberi komentar di facebook.
Dalam Program
IPB Goes to Field di Kabupaten Tegal,
Kecamatan Bojong tema yang di bawa adalah Cyber
Extension pada Sentra Holtikultura. Penyampaian tujuan tema yang akan kami
bawakan ke desa ini cukup sulit karena masyarakat desa ini kurang memiliki
pengetahuan tentang komunikasi maya, ditambah lagi dengan fasilitas dunia maya
yang belum ada, seperti Warung Internet. Awalnya kami mengajarkan mereka
mengenal dunia maya dengan alat komunikasi handphone.
Setelah itu kami mengenalkan mereka dengan perangkat komputer dan menyampaikan
informasi tentang internet serta kegunaannya. Mulai dari mengetik menggunakan
perangkat komputer, membuka website (google,
epetani.deptan.go.id) untuk
kebutuhan yang diinginkan,
membuat email untuk
memperlancar komunikasi dan menjadi salah satu hal yang diperlukan dalam komunikasi dunia maya,
membuat facebook untuk komunikasi
dunia maya, membuat grup di facebook yang ditujukan untuk bergabungnya petani
desa dengan tujuan lebih mudah dalam
melakukan diskusi, dan membatu bersama - sama untuk mengunggah foto dan memberikan
deskripsi yang baik agar dimengerti oleh pihak yang membacanya. Sampai akhirnya
kami membentuk suatu komunitas petani yang cukup mampu menggunakan alat
komunikasi dunia maya untuk keperluan petani sendiri. Komunitas ini bernama
KOMPAS – Komunitas Petani Simpar.