Minggu, 21 Juli 2013

Desa Suniarsih, Kab. Tegal - IPB Goes To Field 2013


Desa Suniarsih merupakan desa yang terletak di kaki Gunung Slamet, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Kata Suniarsih berasal dari nama seorang wanita. Menurut penduduk sekitar, saat jaman kerajaan dahulu, ada seorang wanita yang melarikan diri dari keraton karena tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki pilihan ayahnya. Wanita itu bernama Suniarsih yang sampai akhir hidupnya tinggal di desa ini, sehingga desa ini diberi nama Desa Suniarsih. Namun, penduduk sekitar lebih akrab memanggil desa ini dengan sebutan Desa Simpar. Asal-usul nama Simpar kurang jelas diketahui, tetapi menurut penduduk sekitar nama Simpar juga berasal dari seorang nama tokoh laki-laki yang lama tinggal di desa ini.
            Luas wilayah Desa Suniarsih adalah 344.725 ha dengan luas pemukiman penduduk 22.115 ha dan sisanya adalah lahan/kebun pertanian, baik milik pribadi maupun milik negara. Hasil pertanian di desa ini mencakup hasil berkebun dan beternak.  Jenis tanaman perkebunan berupa salak, jagung, singkong, pinus, teh, labu, dan pisang. Sedangkan jenis ternak yang ada berupa kambing, ayam, kelinci, dan burung. Semua hasil komoditas pertanian tersebut ada yang di jual di pasar desa Suniarsih serta ada juga untuk konsumsi pribadi.
Sembilan puluh persen masyarakat disini bekerja sebagai petani, baik sebagai buruh tani, pemilik tanah, maupun peternak. Alat pertanian yang biasa digunakan berupa cengkrong, arit, gergaji, cangkul, dan kampak. Cangkul digunakan sebagai alat pembajak sawah dan penggembur tanah. Di desa ini belum pernah menggunakan traktor sebagai alat pembajak sawah dikarenakan lahan di desa ini tidak rata dan mahalnya harga alat tersebut. Kerbau jarang digunakan sebagai alat pembajak sawah dikarenakan petani desa ini belum memiliki kerbau, sehingga jika ingin menggunakannya harus menyewa kerbau milik petani desa lain. Cengkrong digunakan sebagai alat pemotong tanaman liar dengan bentuk agak melengkung seperti bulan sabit. Arit juga digunakan sebagai pemotong rumput liar, namun bentuknya lurus memanjang tidak seperti cengkrong. Kampak digunakan sebagai pemotong batang tanaman yang keras dengan bentuk menajam di sisi sampingnya. Gergaji digunakan sebagai pemotong kayu untuk dijadikan pagar pemisah pertanian dengan bentuk tajam dan bergerigi pada sisi-sisinya.
 Satu minggu pertama di Desa Suniarsih, kegiatan yang kami lakukan adalah melakukan observasi. Observasi kami lakukan dengan mewawancarai warga yang berprofesi sebagai petani yang kemudian hasilnya kami masukan ke kuisioner Social Mapping yang diberikan oleh IPB. Petani yang kami wawancarai berjumlah sepuluh orang yang mencakup buruh tani dan petani pemilik lahan sendiri. Kondisi umum para petani di desa ini antara lain sudah berusia lanjut ( rata-rata ≥ 50 tahun), pendidikan yang kurang memadai, dan karakter petani yang hanya cenderung mengikuti bukan memulai. Ada beberapa permasalahan terkait pertanian di desa ini, yaitu kondisi tanah yang tidak rata sehingga kesulitan untuk menanam tanaman buah dan sayuran, hama tikus yang merajalela dan belum teratasi sehingga selama 3 tahun petani tidak memanen padi, kurangnya modal yang besar untuk memulai kegiatan pertanian, dan fasilitas atau alat pertanian yang terlalu tradisional.
Selain melakukan social mapping, kami juga melakukan perjalanan untuk melihat-lihat ladang milik semua warga desa. Ladang warga desa ini rata-rata ditanami tanaman cengkeh, jagung, dan salak, namun ada juga tanaman pinus di sekitar ladang tersebut. Selain ladang, ada juga sawah yang terletak cukup jauh dari desa ini. Sawah di desa ini rata-rata bukan milik pribadi warga, namun hanya merupakan garapan buruh tani yang ada di desa ini. Kami juga diajak melihat sumber mata air yang terdapat di desa ini. Sumber mata air ini merupakan sumber mata air satu-satunya dan juga merupakan tempat perbatasan antara kabupaten Tegal dengan kabupaten Pemalang.  Selain itu, kami juga diajak pergi ke pasar Desa Suniarsih yang terletak di depan desa ini. Pasar ini ternyata hanya beroperasi setiap hari Rabu dan Sabtu. Kami juga berkunjung ke balai desa untuk berkenalan dan berbincang-bincang dengan perangkat desa, namun ternyata kebanyakan perangkat desa pergi mengikuti suatu acara sehingga kami hanya dapat bertemu dengan dua orang perangkat desa. Kami berbincang-bincang dengan kedua perangkat desa ini terkait dengan Desa Suniarsih.
            Minggu kedua di desa ini, kegiatan yang kami lakukan adalah mengadakan pelatihan internet kepada pemuda dan petani desa ini. Pelatihan ini kami adakan pada tanggal 2 Juli 2013 pukul 19.00 WIB, dengan topik pelatihan pengenalan search engine dan cara menggunakannya. Kami mengenalkan mesin pencari “Google” dan beberapa website pertanian seperti epetani.deptan.go.id dan cybex.deptan.go.id. Kami mengajarkan cara menggunakan kedua website tersebut seperti melihat harga komoditas pertanian, mencari cara budidaya bahan pertanian, dan lain-lain. Pelatihan pertama dihadiri oleh tiga warga desa yang kebetulan semuanya berprofesi sebagai petani. Selanjutnya, pada tanggal 4 Juli 2013 pukul 19.30 WIB, kami mengadakan pelatihan kedua untuk program ini. Pelatihan kedua dihadiri oleh delapan orang warga, yang terdiri atas banyak pemuda dan sedikit petani. Pelatihan kedua ini topiknya adalah pelatihan pembuatan jejaring sosial seperti e-mail dan facebook serta cara penggunaannya baik di komputer maupun di handphone. Kendala yang kami hadapi saat pelatihan kedua ini adalah banyak warga yang belum mengerti e-mail dan fungsinya, selain itu ada beberapa warga yang tidak dapat mengetik dengan komputer.
            Pelatihan ketiga kami lakukan di pertengahan minggu ketiga di desa ini yaitu pada tanggal 9 Juli 2013 pukul 20.30 WIB. Pelatihan ketiga ini topiknya masih sama dengan pelatihan kedua yaitu pembuatan e-mail dan facebook. Hal ini dikarenakan warga desa yang datang merupakan warga desa yang belum pernah mengikuti pelatihan-pelatihan sebelumnya sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan topik dari pelatihan sebelumnya. Warga desa yang hadir di pelatihan ketiga ini berjumlah delapan orang. Kami mengajarkan mereka cara membuka e-mail, lalu cara membuat akun baru di e-mail, cara menulis pesan di e-mail dan mengirimkannya, cara membuka kotak masuk, dan cara bergabung di mailing list. Selain itu, kami juga mengajarkan langkah-langkah yang sama untuk pembuatan facebook, ditambah dengan kami menunjukan cara untuk bergabung pada sebuah grup di facebook, dalam hal ini terkait bergabung dengan grup cybex kecamatan Bojong. Sembari belajar dua hal di atas, kami juga mengajak para warga untuk membuat grup khusus di facebook khusus para petani di Desa Suniarsih dan memberikan nama grupnya. Setelah berdiskusi cukup lama, akhirnya kami dan para warga sepakat untuk memberi nama grupnya adalah “Kompas”,yaitu Komunitas Petani Simpar dan memilih dua orang warga sebagai admin dari grup tersebut.
            Dua hari berikutnya tanggal 11 Juli 2013 pukul 21.00 WIB, kami mengadakan pelatihan yang keempat. Pelatihan yang keempat ini dihadiri oleh enam orang warga. Hal yang kami latih di dalam pelatihan keempat ini adalah melanjutkan kembali pembuatan akun facebook yang belum selesai, cara bergabung grup dengan “Kompas” di facebook, cara memosting tulisan di facebook, cara mengupload foto di grup facebook maupun di akun sendiri dan cara memostingnya, cara chatting di facebook, dan cara memberi komentar di facebook.
            Dalam Program IPB Goes to Field di Kabupaten Tegal, Kecamatan Bojong tema yang di bawa adalah Cyber Extension pada Sentra Holtikultura. Penyampaian tujuan tema yang akan kami bawakan ke desa ini cukup sulit karena masyarakat desa ini kurang memiliki pengetahuan tentang komunikasi maya, ditambah lagi dengan fasilitas dunia maya yang belum ada, seperti Warung Internet. Awalnya kami mengajarkan mereka mengenal dunia maya dengan alat komunikasi handphone. Setelah itu kami mengenalkan mereka dengan perangkat komputer dan menyampaikan informasi tentang internet serta kegunaannya. Mulai dari mengetik menggunakan perangkat komputer, membuka website (google, epetani.deptan.go.id) untuk  kebutuhan yang diinginkan,  membuat email untuk memperlancar komunikasi dan menjadi salah satu hal  yang diperlukan dalam komunikasi dunia maya, membuat facebook untuk komunikasi dunia maya, membuat grup di facebook  yang ditujukan untuk bergabungnya petani desa  dengan tujuan lebih mudah dalam melakukan diskusi, dan membatu bersama - sama untuk mengunggah foto dan memberikan deskripsi yang baik agar dimengerti oleh pihak yang membacanya. Sampai akhirnya kami membentuk suatu komunitas petani yang cukup mampu menggunakan alat komunikasi dunia maya untuk keperluan petani sendiri. Komunitas ini bernama KOMPAS – Komunitas Petani Simpar.