Kondisi
Umum Wilayah
Desa Tuwel merupakan salah satu desa
yang berada di kaki Gunung Slamet tepatnya di kecamatan Bojong , Kabupaten
Tegal yang terletak sektar 30 km sebelah selatan Kota Slawi dan jarak dari
pusat pemerintahan kecamatan sekitar 4 km. Kondisi wilayah desa Tuwel berada di
ketinggian 1000 m di atas permukaan laut dan memiliki seuhu antara 15oC
sampai 25oC. Berdasarkan data dari kantor kepala desa Tuwel luas
wilayah desa Tuwel yaitu 602.2973 km2 dan berdasarkan data dari
gapoktan Budi Luhur luas wilayah desa Tuwel yaitu 557.900 km2 dengan
rincian sebagai berikut :
a. Tanah
sawah
-
Irigasi teknis 272.930
km2
-
Irigasi sederhana 61.030 km2
b. Tanah
Kering
-
Pekarangan, bangunan,
dan lain-lain 61.000 km2
-
Tegalan atau kebun 120.000 km2
c. Lain-lain
-
Sungai, makam, jalan,
dan lain-lain 42.670 km2
Berdasarkan
hasil wawancara dengan sesepuh desa Tuwel yaitu Bapak H. Irham dan Kepala Desa
Tuwel didapatkan informasi bahwa sejarah desa Tuwel dulunya merupakan suatu
daerah kawasan hutan yang masih sangat sedikit didiami orang. Kemudian ada
seorang wali yang bernama Mbah Rindhik yang konon berasal dari wilayah
Purbalingga. Beliau datang ke desa Tuwel bersamaan dengan datangnya Ki Gede
Sebayu (pendiri Kabupaten Tegal). Mbah Rindhik kemudian menancapkan batu besar
dan memberi nama desa ini dengan nama desa Tuwel. Batu tersebut sekarang
disebut sebagai Batu Sakti. Setelah itu, semakin banyak penduduk yang sampai
sekarang diyakini masyarakat berasal dari satu keturunan yaitu dari Mbah
Rindhik. Saat ini desa Tuwel dipimpin oleh seorang Kepala Desa sekaligus tokoh
masyarakat dan ulama yang merupakan Kepala Desa ke tujuh. Beliau bernama Ustadz
Agus Salim. Perekonomian desa Tuwel mulai berkembang pada tahun 1970 terutama
ditunjang oleh sektor pertanian. Saat itu komoditi bawang putih menjadi
komoditi andalan sehingga desa Tuwel menjadi salah satu sentra penghasil bawang
putih terbesar di Indonesia.
Batas-batas wilayah desa Tuwel yaitu : sebelah
utara (desa Bojong), sebelah timur (desa Rembul dan desa Karang Mulya), sebelah
barat (desa Guci, kecamatan Bumijawa), sebelah barat (kecamatan Bumijawa).
Penduduk desa Tuwel berjumlah 8680 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 4328 jiwa dan perempuan berjumlah 4352 jiwa yang seluruhnya menganut
agama Islam. Penduduk desa Tuwel 90% bermatapencaharian sebagai petani
selebihnya menjadi pembuat batako, PNS serta pedagang. Kondisi jaringan internet hanya dapat diakses
melalui warnet yang hanya berjumlah duatempat dengan jam buka yang sangat
terbatas disebabkan kondisi masyarakatnya yang agamis. Penduduk desa Tuwel sudah dapat mengakses internet lewat telepon
selular terutama kalangan muda, sedangkan kalangan tua susah untuk dapat
mengakses internet lewat telepon selular. Petani di desa Tuwel sebagian
tergabung dalam kelompok-kelompok tani dan sebagian lagi tidak berminat
bergabung dengan kelompok tani dengan berbagai alasan terutama alasan birokrasi
dan banyak petani yang tidak ingin repot. Para petani di desa Tuwel terdiri
dari petani yang mempunyai lahan garapan sendiri, lahan sewaan serta buruh
tani. Di desa Tuwel ini mempunyai 13 kelompok tani serta satu Kelompok Wanita Tani
yang tergabung dalam satu Gapoktan Budi Luhur.
Berdasarkan
data inventaris Gapoktan Budi Luhur desa Tuwel, diperoleh data sebagai berikut
:
Tanggal
berdiri : 1 Januarai 2008
Jumlah
anggota : 350 orang
Luas
areal : 400 Ha
Potensi
produksi pangan :
-
Gabah pertahun 1600 ton
-
Jagung pertahun 1500
ton
Potensi
Hortikultura :
-
Sayuran pertahun 11000
ton
-
Buah 100 ton
-
Biofarmaka 4000 ton
Kemampuan
daya beli gapoktan :
-
Gabah 50 ton
-
Jagung 20 ton
-
Sayuran 500 ton
-
Biofarmaka 50 ton
-
Buah 10 ton
Pelaksanaaan
Kegiatan
Kegiatan
yang pertama kali dilakukan adalah melakukan observasi desa, social mapping
serta bersosialisasi dengan masyarakat desa Tuwel. Kemudian kami melakukan
pendekatan serta menggali informasi lebih banyak tentang kondisi pertanian desa
Tuwel serta sarana dan prasarana jaringan internet yang akan menunjang program
IGTF. Kami juga berkunjung ke klinik pertanian desa Tuwel yang berada di depan
SMA N 1 Bojong untuk mengetahui kegiatan rutin yang dilakukan oleh Klinik Pertanian.
Pelaksanaan sosialisasi tentang
internet sehat serta Cyber Extention dilakukan bersama desa-desa lain di
kantor kecamatan Bojong dengan
mengundang perwakilan warga kalangan petani dari masing-masing desa. kegiatan
ini dilanjutkan dengan kunjungan tim dosen IGTF ke lahan salah satu petani
cabai dan daun bawang yang saat itu tanamannya sedang terserang penyakit layu.
Kegiatan ini diliput oleh TV Jogja untuk melakukan publikasi dalam skala yang
lebih besar.
Tim IGTF desa Tuwel juga melakukan
pelatihan pembuatan fan page kepada salah satu pengurus desa vokasi yang
sekaligus merangkap sebagai sekretaris Kelompok Wanita Tani sebagai sarana
pemasaran produk-produk olahan pangan. Produk-produk yang telah dihasilkan
yaitu TORAKO (Tomat rasa Korma), KODATO (Korma dari Tomat), COKOLAS (Coklat
dari Talas), keripik Tempe dan beberapa produk lain. Oleh-oleh khas desa Tuwel
tersebut sangat potensial untuk dipasarkan dalam skala lebih luas melalui fanpage
di intenet dengan nama fanpage OGGITU yang merupakan singkatan dari Oleh-oleh
Guci Gaweane Ibu-ibu Tuwel (oleh-oleh khas guci buatan ibu-ibu Tuwel).
Tim IGTF desa Tuwel juga memembantu
program KRPL (Komonitas Rumah Pangan Lestari) dalam hal informasi tentang cara
bertanam sayuran dalam pot. KRPL merupakan program dari Kementrian Pertanian
dengan sasaran ibu-ibu rumah tangga dengan menanam berbagai macam sayuran agar
dapat memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit sehingga nantinya dapat
terwujud pangan yang lestari bagi keluarga.
Pertemuan dengan perwakilan anggota
Gapoktan Budi Luhur desa Tuwel juga dilaksanakan guna mengenalkan dan membahas
lebih lanjut tentang Cyber Extention di desa Tuwel dengan membuatkan
akun facebook untuk Gapoktan yang nantinya akan dimasukan ke dalam komunitas
Cyber Extention bentukan IPB.
Kegiatan sosialisasi internet sehat
untuk kalangan anak-anak dan remaja dilaksanakan bekerjasama dengan komunitas
Taman Baca Masyarakat Tiga Surau dan mendapat sambutan yang baik dari para
peserta. Dalam kegiatan tersebut juga disisipkan imbauan kepada generasi muda
untuk dapat berperan bagi masyarakat petani di desa Tuwel dengan aktif mencari
informasi-informasi lewat internet yang berkaitan dengan pertanian.
Gabungan Tim IGTF dari masing-masing
desa juga melakukan pertemuan untuk membahas progres masing-masing desa setiap
minggunya, pertemuan dilakukan setiap hari Sabtu di desa Bojong. Pertemuan
tersebut juga bertujuan untuk saling sharing informasi antar tim IGTF
masing-masing desa serta informasi-informasi lain yang berkaitan dengan program
Cyber Extention.
Tim IGTF desa Tuwel juga mengikuti
Temu Lapang petani bawang putih se-Kabupaten Tegal yang dihadiri oleh kepala
Dinas Tanbunhut yaitu Ir. Khofifah. Dalam pertemuan tersebut membahas usaha
untuk merintis kembali berjayanya komoditas bawang putih lokal di kabupaten
Tegal dengan sentra di kecamatan Bojong dan Bumijawa. Program dari pemerintah
yang telah diberikan pada tahun 2013 ini yaitu bantuan benih bawang putih
seluas 100 Ha kepada 5 kelompok tani di dua kecamatan masing masing yaitu :
-
Kecamatan Bojong (60
Ha) :
·
Desa Tuwel (kelompok
tani Berkah Tani dan Bina Usaha)
·
Desa Rembul (kelompok
tani Prima Tani)
-
Kecamatan Bumijawa (40
Ha) :
·
Desa Bumijawa (kelompok
tani Tani Terus)
·
Desa Cintamanik
(kelompok tani Ampel)
Tim
IGTF desa Tuwel berdasarkan instruksi dari Bappeda Kabupaten Tegal telah
membentuk komunitas Cyber Extention untuk bergabung dengan Cyber
Extention Kecamatan Bojong. Komunitas Cyber Extention desa Tuwel dengan
susunan pengurus ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota.
Rekapitulasi
Survei Social Mapping
Berdasarkan
wawancara hasil social mapping di desa Tuwel didapatkan hasil bahwa dari
11 orang petani, petani yang menyukai profesi sebagai petani berjumlah 8 orang,
petani yang merasa biasa saja berjumlah 2 orang, petani yang kurang suka
berprofesi sebagai petani berjumlah 1 orang. Petani yang menganggap profesi
petani berat berjumlah 4 orang, petani yang
merasa pekerjaan petani sedang-sedang saja berjumlah 4 orang, petani yang
merasa pekerjaan petani ringan berjumlah
3 orang. Petani yang merasa bergengsi menjadi seorang petani berjumlah 4 orang,
petani yang merasa biasa saja berjumlah 6 orang.
Petani
yang menginginkan semua anaknya bekerja diluar bidang pertanian berjumlah 7
orang. Petani yang menginginkan anaknya bekerja sebagai petani dan diluar
pertanian berjumlah 4 orang. Petani yang menginginkan semua anaknya bekerja
menjadi petani berjumlah 1 orang. Petani yang menyerahkan sepenuhnya pilihan
pekerjaan anak-anaknya berjumlah 8 orang. Petani yang tidak ingin anak-anaknya menjadi
petani berjumlah 2 orang.
Penduduk
desa Tuwel yang berprefesi sebagai petani sebanyak 75%. Petani yang menjadikan
kegiatan bertani sebagai pekerjaan utama berjumlah 5 orang. Petani yang berprofesi
sebagia petani serta mempunyai usaha lain berjumlah 6 orang. Petani yang merasa pekerjaan bertani
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya berjumlah 9 orang. Petani yang pekerjaan
bertani telah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan hidupnya berjumlah 1 orang.
Petani yang merasa pekerjaan petani kurang memenuhi kebutuhan hidupnya berjumlah 1
orang.
Petani
yang memiliki proporsi penghasilan dari bertani sebesar 50% sebanyak 2 orang,
proporsi sebesar 75% sebanyak 1 orang, proporsi 60% sebanyak 2 orang, proporsi
sebesar 45% sebanyak 1 orang, proporsi sebesar 100% sebanyak 5 orang. Petani
yang memilkiki sumber penghasilan diluar bertani dari kiriman anak-anak mereka sebanyak 3 orang, dari usaha
lain sebanyak 7 orang, dari usaha lain sekaligus kiriman uang dari anak-anak
mereka sebanyak 1 orang.
Menurut pendapat 11 petani yang
diwawancarai menganggap kondisi ekonomi masyarakat petani desa Tuwel 10 tahun
yang lalu berada pada level 8 (jauh lebih tinggi dari level saat ini yaitu 5)
disebabkan komoditi utama bawang putih
di desa Tuwel sangat maju serta perhatian pemerintah terhadap produk pertanian dalam
negeri masih sangat tinggi. Untuk saat ini, kondisi ekonomi masyarakat petani
di desa Tuwel sedang mengalami kelesuan namun dalam upaya bangkit kembali.
Diperkirakan untuk 5 tahun ke depan akan sama bahkan lebih baik lagi.
Jalur
tata niaga hasil-hasil pertanian di desa Tuwel yaitu hasil panen petani dibeli oleh pengepul dengan sistem tebas di lahan.
Penentuan harga ditentukan oleh pengepul dan petani sesuai kesepakatan kedua
belah pihak. Ada juga yang langsung menjual ke pasar namun dalam jumlah yang
lebih kecil. Masalah yang dihadapi para petani yaitu sulitnya pemasaran hasil
panen karena terkadang harga komoditi jatuh di pasaran, begitu juga informasi
harga di kalangan petani yang tidak stabil disebabkan kurangnya harga pasar
yang memihak kepada petani, serta teknologi dan mesin-mesin pertanian yang ada di
pasaran tidak cocok dengan topografi daerah pertaniannya.
Pekerjaan
bertani di lahan yang hanya dikerjakan oleh kepala keluarga (seorang ayah) saja
berjumlah 3 orang, pekerjaan bertani yang dikerjakan oleh kepala keluarga dan
dibantu oleh ibu berjumlah 5 orang, opekerjaan bertani yang dikerjakan oleh
seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak yang sudah tidak bersekolah
berjumlah 3 orang.
Kesibukan
petani secara umum di desa Tuwel setiap bulannya selam setahun tidak menentu. Hal
ini disebabkan pola tanam komoditi sayuran tidak pasti sehingga para petani
yang menanam sayuran bulan-bulan sibuknya aktifitas bertani di ladang tidak dapat
diprediksi, kecuali petani yang menanam padi sudah ditentukan oleh musim tanam
setelah musim hujan. Kegiatan para petani desa Tuwel diluar kesibukan bertani
yaitu beternak, mencari penghasilan di objek wisata Pemandian Air Panas Guci,
serta jalan-jalan naik gunung.
Menurut
para petani, agar mereka bisa bertani, 4 orang berpendapat tidak perlu bersekolah, 4 orang berpendapat
perlu sekolah khusus pertanian, 3 orang berpendapat cukup sekolah umum saja. Petani
desa Tuwel mendapatkan pedoman cara bertani dari kebiasaan turun temurun
sebanyak 5 orang, melakukan penelitian dan coba-coba sendiri sebanyak 5 orang, serta
dari penyuluhan sebanyak 1 orang. Dukungan yang paling dibutuhkan oleh para
petani desa Tuwel adalah pengetahuan tentang hama penyakit, budidaya tanaman,
benih yang bersertifikat, ketersediaan alat dan mesin pertanian yang mendukung
daerah dengan topografi pegunungan, serta informasi penjualan hasil dan sarana
produksi pertanian. Dukungan yang berkaitan dengan kelompok tani dan gapoktan
di desa Tuwel sudah maju, namun terdapat sebagian petani yang tidak bersedia
masuk dalam kelompok tani/gapoktan disebabkan oleh mekanisme dan birokrasi yang
tidak sesuai dengan keinginan mereka. Tanggapan para petani desa Tuwel mengenai
masa depan pertanian di desa Tuwel, yaitu : 3 orang berpendapat pertanian desa
Tuwel akan tetap saja dengan berbagai alasan karena produksi komoditi sayuran
di daerah ini tetap walau harga komoditi tidak stabil dan dalam hal hama
penyakit semakin banyak namun obat-obatannya kurang dan masih bergantung pada
sistem budidaya pertanian tradisional, 7 orang berpendapat masa depan pertanian
desa Tuwel akan bertambah maju dengan alasan tidak adanya lahan pertanian yang
terbengkalai karena sudah banyak lahan pertanian yang disewakan, sudah banyak
yang bersedia menjadi petani, serta dengan adanya penemuan varietas uanggul
dari perguruan tinggi pertanian penanaman komoditi pertanian dapat dilakukan 3
kali dalam setahun, dengan adanya penemuan alat teknologi yang maju dapat
mempermudah dan meringankan pekerjaan petani. Kunjungan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono beserta ibu negara ke kelompok tani yang ada di desa Tuwel dan
program pemerintah yang memberikan 100 Ha benih bawang putih gratis juga
berpengaruh besar dalam upaya membangkitkan kembali kejayaan desa Tuwel yang
menjadi sentra komoditi bawang putih di wilayah Tegal.
Harapan
para petani desa Tuwel yaitu :
-
Komoditi bawang putih
dapat berjaya berkembali dan dapat menjadi andalan desa Tuwel,
-
Penyuluhan lebih digiatkan
dengan harapan penyuluh dapat memberi informasi unsur hara yang terkandung di dalam
tanah, kondisi pH tanah sehingga aplikasi pemberian pupuk dapat lebih efisien,
-
Petani kubis mengharapkan
ada bantuan obat untuk membasmi hama ulat dan pengetahuan tentang hama penyakit
dari pemerintah,
-
Adanya pengawasan dari
dinas pertanian agar dapat mengurangi pengoplosan benih yang tidak bermutu
sehingga petani tidak rugi,
-
Adanya bantuan dari perguruan
tinggi berupa alat pertanian yang dapat dijangkau harganya oleh petani serta
sesuai untuk lahan dengan topografi pegunungan untuk mempermudah pekerjaan
petani mengolah lahan.
-
Adanya informasi
tentang pertanian yang dapat diakses secara mudah serta adanya standarisasi
minimal harga komoditas pertanian agar petani mendapatkan kepastian pendapatan
serta dapat memperlancar distribusi hasil pertanian.